Manusia diciptakan dengan dilengkapi cipta, rasa dan karya. Perlengkapan inilah yang menjadikan manusia bisa menghasilkan sebuah karya kreatif dan inovatif. Keberadaan karya yang diciptakan oleh seseorang, pada saat ini kurang mendapatkan apresiasi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pelaku penjiplakan karya. Tentu saja tanpa meminta ijin pemilik tulisan tersebut.
Penjiplakan juga marak di kalangan mahasiswa, terutama mahasiswa tingkat atas yang sedang menyelesaikan skripsi. Kalau kita lihat, tindakan illegal ini hanya dilakukan oleh mahasiswa yang mengedepankan nilai sebagai tujuan utama. Mahasiswa yang hanya mengejar nilai tanpa memperbaiki moral mereka.
Di zaman modern yang sudah semakin cepat mengakses informasi ini, penyalahgunaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) makin marak. Penjiplakan sendiri dapat kita lihat sebagai dua fenomena yang unik, yaitu yang disengaja dan yang tidak disengaja. Disengaja karena tidak memiliki kesadaran tinggi, tak sengaja karena mahasiswa cenderung apatis terhadap hal-hal kecil terkait status illegal sebuah karya.
Jika mental plagiat telah tertanam dalam diri setiap mahasiswa, maka akan menjadikan generasi penerus sebagai generasi bermental plagiat. Kenyataan ini telah memangkas habis mental mahasiswa yang produktif dalam berkarya. Sudah seharusnya mahasiswa memangkas habis benih-benih plagiarisme dalam dirinya. Agar apresiasi moral dan pertanggungjawaban terhadap sebuah karya intelektual dapat dijamin.
Umi Mayangsari, Mahasiswa PGSD FIP UNY ‘09
Penjiplakan juga marak di kalangan mahasiswa, terutama mahasiswa tingkat atas yang sedang menyelesaikan skripsi. Kalau kita lihat, tindakan illegal ini hanya dilakukan oleh mahasiswa yang mengedepankan nilai sebagai tujuan utama. Mahasiswa yang hanya mengejar nilai tanpa memperbaiki moral mereka.
Di zaman modern yang sudah semakin cepat mengakses informasi ini, penyalahgunaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) makin marak. Penjiplakan sendiri dapat kita lihat sebagai dua fenomena yang unik, yaitu yang disengaja dan yang tidak disengaja. Disengaja karena tidak memiliki kesadaran tinggi, tak sengaja karena mahasiswa cenderung apatis terhadap hal-hal kecil terkait status illegal sebuah karya.
Jika mental plagiat telah tertanam dalam diri setiap mahasiswa, maka akan menjadikan generasi penerus sebagai generasi bermental plagiat. Kenyataan ini telah memangkas habis mental mahasiswa yang produktif dalam berkarya. Sudah seharusnya mahasiswa memangkas habis benih-benih plagiarisme dalam dirinya. Agar apresiasi moral dan pertanggungjawaban terhadap sebuah karya intelektual dapat dijamin.
Umi Mayangsari, Mahasiswa PGSD FIP UNY ‘09
0 komentar:
Posting Komentar