Pada zaman modern seperti sekarang ini, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer. Namun, biaya yang dikeluarkan untuk sekolah tidaklah sedikit. Cita-cita pemerintah untuk melaksanakan sekolah gratis memang sudah tercapai untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di beberapa daerah. Terutama di daerah yang berada di desa, walaupun di dalamnya masih banyak pungutan pihak sekolah kepada wali murid.
Tetapi, sekolah di perkotaan kesulitan menambah biaya unuk operasional. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa biaya hidup di perkotaan cenderung mahal. Akhirnya, muncullah sekolah-sekolah beraraf internasional. Memang, fasilitas yang didapat sedikit berbeda dengan sekolah biasa. Akan tetapi, kenyataan ini tetap saja menjadi momok bagi masyarakat kecil untuk menyekolahkan anaknya.
Berbeda dengan jenjang pendidikan dasar, biaya untuk belajar di SMA masih dirasa mahal untuk masyarakat kita. Apalagi, kemampuan ekonomi masyarakat kita ergolong menengah ke bawah. Ditambah lagi, sekolah berstandar internasional telah membatasi masyarakat kecil untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Padahal, semua orang tua menginginkan anaknya mendapat pendidikan yang bagus, terjangkau dan bermutu.
Masalah biaya pendidikan selalu menghalangi kaum menengah ke bawah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan anaknya. Terutama jika mereka ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Biaya untuk masuk perguruan tinggi dirasa cukup untuk membuat bulu kuduk merinding.
Pernah ada cerita tentang seseorang yang menanyakan tentang biaya untuk kuliah termasuk biaya hidup di perantauan. Sebagai seorang petani, dia terheran-heran ketika biaya kuliah dan biaya hidup dikalkulasikan dalam angka-angka. “Apa mungkin seorang petani seperti saya menyekolahkan anak sampai kuliah ?” ucapnya lirih. Begitulah realitas yang terjadi pada pendidikan di negara kita. Pendidikan masih dinikmati oleh orang-orang yang mampu, belum dapat dinikmati semua.
Sukma Wijayanto, Mahasiswa PGSD Kampus 3 FIP UNY
Berbeda dengan jenjang pendidikan dasar, biaya untuk belajar di SMA masih dirasa mahal untuk masyarakat kita. Apalagi, kemampuan ekonomi masyarakat kita ergolong menengah ke bawah. Ditambah lagi, sekolah berstandar internasional telah membatasi masyarakat kecil untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Padahal, semua orang tua menginginkan anaknya mendapat pendidikan yang bagus, terjangkau dan bermutu.
Masalah biaya pendidikan selalu menghalangi kaum menengah ke bawah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan anaknya. Terutama jika mereka ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Biaya untuk masuk perguruan tinggi dirasa cukup untuk membuat bulu kuduk merinding.
Pernah ada cerita tentang seseorang yang menanyakan tentang biaya untuk kuliah termasuk biaya hidup di perantauan. Sebagai seorang petani, dia terheran-heran ketika biaya kuliah dan biaya hidup dikalkulasikan dalam angka-angka. “Apa mungkin seorang petani seperti saya menyekolahkan anak sampai kuliah ?” ucapnya lirih. Begitulah realitas yang terjadi pada pendidikan di negara kita. Pendidikan masih dinikmati oleh orang-orang yang mampu, belum dapat dinikmati semua.
Sukma Wijayanto, Mahasiswa PGSD Kampus 3 FIP UNY
2 komentar:
Aslm, hem...akhhirnya kumenemukan Blog nya reality....hehehehe.....hem, bagus-bagus tulisannya, fokus, kritis, aktual dan excelent bgt_lah,,,,O iya....ngomong2 ad rubrik Enterprenernya gak nich?? sLama ini kan pengangguran bLm bs tratsi dengn baik...barangkali dengan adanya artikel2 tentang memulai berwirausaha, tips2-nya, motivasi2nya, inovasi2nya, dLL pasti akan sangat bermanfaat bagi kita semua,,,,,,hem, kunjungi juga ya tulisan2Q di www.marfuji.co.nr thanks untk semua
Nice Info...
Posting Komentar